Selang 14 Tahun, Harga Gas Alam AS Terjun Bebas! – Amerika Serikat (AS) yang dikenal sebagai negara maju malah mengalami kasus yang tak kurang nyaman dalam memasok sumber daya manusia. Diketahui bahwa harga gas alam AS pada bulan ini terjun bebas hingga ke tingkat tertinggi. Hal tersebut merupakan kondisi yang tak wajar terjadi selang 14 tahun silam.
Diketahui bahwa gas alam sejak 1 Agustus 2008 dibandrol seharga $ 9,33 per juta British Thermal Unit (BTU). Lonjakan tersebut semakin marak terjadi dikarenakan berbagai macam faktor yang bermula dari cuaca dan penyalahgunaan kebutuhan rumah tangga. Selebihnya terjadi lonjakan yang tak menentu dari penurunan harga pompa bensin.
Akan tetapi bulan ini harga tersebut nyaris tidak dapat dipercaya. Secara mengejutkan, gas alam tersebut mengalami peningkatan yang cukup drastis sejak masa pandemi COVID-19. Nyatanya kenaikan tersebut ditafsir mencapai 70 % dari harga awal.
Beberapa sumber terpercaya menuturkan kalau AS tengah mengalami cuaca dingin sepanjang April hingga akhir Juli. Dan imbasnya berdampak pada bulan Agustus. Beberapa orang harus mendapatkan gas alam tersebut untuk kebutuhan bahan bakar seraya menghangatkan suhu rumah masing – masing.
Selain itu, pemanfaatan pendingin ruangan (AC) di berbagai wilayah pun menjadi pemicu tingginya suhu. Sebab tingkat persediaan AC tersebut terbilang sangat rendah. Di tambah lagi gelombang udara yang makin hari semakin tidak bersahabat.
Wakil Presiden Energi Mizuho Securities, Robert Yawger menyatakan bahwa gelombang panas yang mendera warga AS benar – benar tidak dapat diprediksi sebelumnya. Alhasil mereka kehabisan jatah gas alam secara berkala.
“Beberapa bulan terakhir kami telah mengalami gelombang panas yang cukup luar biasa. Dimana kondisi tersebut tidak jauh beda dengan yang terjadi pada 14 tahun silam,” tutur Tawger dikutip dari CNN.
“Musim dingin yang kami alami saat ini sangat menentang sejumlah penduduk. Akan tetapi cuaca tersebut tidak separah yang terjadi di Eropa. Walau begitu kami merasa kewalahan dalam menyikapi kondisi tersebut,” imbuhnya.
Di Amerika, gas alam bukan hanya digunakan sebagai sumber bahan bakar untuk kepentingan jaringan listrik. Akan tetapi hal tersebut menjadi cara terbaik untuk memanaskan beberapa rumah, terutama warga yang berlokasi di daratan tinggi.
Harga Gas Alam Naik Tujuh Kali Lipat
Adapun hal yang membuat lonjakan harga gas alam AS mengalami kenaikan yang sangat drastis. Salah satunya adalah ketergantungan terhadap energi dari Rusia. Diketahui bahwa krisis gas tersebut merupakan pemangkas aliran gas alam yang dilakukan atas dasar permintaan dan sanksi Barat.
Lebih lanjut, Uni Eropa diyakini tengah menyusun serangkaian rencana untuk menjatah ketersediaan gas alam. Hal tersebut merupakan langkah perspektif yang dipercaya merugikan potensi bisnis kenegaraan. Alhasil keterbatasan gas alam tersebut menjadi ancaman besar terhadap pengiriman status ekonomi antar benua dalam naungan resesi.
Seperti diketahui, harga gas alam di wilayah Eropa hingga AS saat ini naik mencapai tujuh kali lipat dari harga awal. Seperti yang diungkapkan CNN, perdagangan harga tersebut mencapai $ 70 per juta BTU.
Presiden Lipow Oil Associates, Andy Lipow menyebut bahwa harga yang dicantumkan merujuk pada kondisi saat ini. Dimana warga AS diyakini semakin aktif dalam menciptakan nuansa baru dalam segala hal. Baginya, harga tersebut tidak ada apa – apanya ketimbang tingginya berbagai toko dan kebutuhan primer lainnya.
Di sisi lain, lonjakan harga tersebut malah mendatangkan keuntungan terbesar pada sektor lain. Di saat harga gas alam naik, harga minyak malah turun bebas, alhasil harga bensin reguler dan bersubsidi pun semakin tidak terkontrol. Hal tersebut membantu seluruh warga setempat untuk tetap menggunakan kendaraan pribadi secara bebas.
Tingginya LNG ke Eropa
Para ilmuwan AS menyebut bahwa krisis gas alam di wilayah Eropa berpengaruh besar terhadap gas alam di AS. Akan tetapi kondisi tersebut bukan menjadi faktor utama atas keterbatasan dan peningkatan harga jual.
Petinggi Ekspor Gas Alam Cair (LNG) AS, Thummel angka bicara tentang kondisi tersebut. Pihaknya meyakini kalau harga yang ditawarkan terhadap AS mengikuti harga global. Dimana gas alam merupakan komoditas terbesar bagi negara maju, terlebih hal tersebut dapat digunakan pada saat tertentu dan kondisi darurat.
Baginya, AS terlalu banyak melakukan ekspor LNG ke wilayah Eropa. Mereka mengklaim bahwa tindakan tersebut tak lebih dari pengurangan jatah gas terhadap Rusia.
“Kami pun berhasil mengidentifikasi setiap persediaan molekul cadangan terhadap gas alam. Beberapa di antaranya harus terjual ke zona Eropa,” ucap Yawger.
“Tapi sayangnya tindakan tersebut malah merugikan AS. Kita hanya bisa berharap bahwa keadaan itu benar – benar pulih seperti seharusnya,” imbuhnya.
Produktivitas Gas Alam AS Merosot
Adapun masalah yang lebih serius terjadi bagi AS. Dimana produktivitas gas alam tersebut sangat merosot. Hal tersebut berawal dari tingkat persediaan terbilang merangkak alias berada di bawah standar secara histori.
“Tahun ini benar – benar momen terburuk bagi kami. Sebab AS berada dalam level terendah dan mungkin peristiwa tersebut sangat langka terjadi,” tegas Yawger.
Di lain hal, Wall Street terlalu menekan ketersediaan gas alam tersebut untuk kebutuhan proyek pembangunan yang memerlukan biaya besar. Sehingga hal tersebut memicu seluruh produsen minyak dan gas AS kelimpungan. Ironisnya lagi, status kepemilikan dan pembelian gas alam beralih pada pemegang saham terbesar.
“Ini sangat tidak adil bagi AS, terutama warga sipil. Tapi saya mendengar kalau beberapa lapisan investor akan bertaruh untuk penurunan harga demi kepentingan bersama,” kata Thummel.